Abstrak
Electronic voting atau e-voting adalah suatu metode pengalihan pemilihan dari manual menjadi lebih terkoordinir. Hal ini dilakukan dengan kombinasi dari hardware dan software. Pemilih akan berpartisipasi di dalam e-voting dengan syarat mereka tidak akan ditipu. Pemilih ingin mengetahui dan percaya bahwa proses tersebut dapat di pantau oleh masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana sistem dapat bekerja. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian Tsuma dan analisis structural equation modeling untuk menentukan bentuk model. Bentuk model diuji dengan 19 pengujian yaitu Chi-square atau p-value, GFI (Goodness of Fit Index), RMR (Root Mean Square Residual), RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) ECVI (Expected Cross-Validation Index), TLI/NNFI (Non-Normed Fit Index), NFI (Normed Fit Index), PNFI (Parsimony Normed Fit Index), AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), RFI (Relative Fit Index), CFI (Comparative Fit Index), AIC, CAIC, CN (Critical N), IFI(Incremental Fit Index), PGFI(Parsimony Goodness of Fit Index), NCP (Non-centrality Parameter), CMIN/Df dan SRMR (Standardized RMR).
Kata kunci : e-voting, model dan structural equation modeling
Pendahuluan
Proses pemilihan seperti ketua alumni, kepala daerah, perwakilan rakyat bahkan presiden merupakan suatu wujud apresiasi orang, bagaimana mereka diatur didalam sebuah organisasi. Salah satu bentuk pemilihan di Indonesia yaitu pemilihan presiden. Pemilihan presiden pertama kali dilakukan tahun 1955. Berbagai peristiwa telah banyak terjadi pada pemilu di Indonesia, seperti tindakan penggelembungan surat suara. Penggelembungan surat suara tersebut mencapai ribuan, seperti rekap suara di KPU (Komisis Pemilihan Umum) Kecamatan Jailolo. Rekap surat suara tersebut semula berjumlah 670, saat rekapitulasi pada tingkat provinsi berubah menjadi 1670 suara.
Peneliti: Rahmad Abdillah
Untuk lebih lengkapnya silahkan download di link berikut:
Post a Comment
Post a Comment